Laporan-PKL
Laporan PKL Manajemen Intervensi Gizi Masyarakat RW 08 Kebayoran Lama Jakata Selatan
Gizi merupakan salah satu aspek yang dapat mempengaruhi derajat kesehatan dari seorang individu. Status gizi merupakan salah satu faktor yang menentukan sumber daya manusia dan kualitas hidup. Untuk itu program perbaikan gizi bertujuan untuk meningkatkan mutu gizi konsumsi pangan, agar terjadi perbaikan status gizi masyarakat. Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi, yang dibedakan antara status gizi buruk, kurang, baik, dan lebih (1).
Indonesia menghadapi beban ganda masalah gizi, disatu pihak mengalami kekurangan gizi dipihak lain mengalami kelebihan gizi. Untuk mengatasi masalah tersebut maka dirumuskan gerakan seribu hari pertama kehidupan. Saat ini Indonesia terfokus pada gerakan 1000 HPK yang memiliki tujuan pada 1000 Hari Pertama Kehidupan (270 hari selama kehamilan dan 730 hari dari kelahiran sampai usia 2 tahun) yaitu pada ibu hamil, ibu menyusui dan anak usia 0-23 bulan. Masalah gizi yang sering terjadi pada 1000 HPK adalah KEK (Kurang Energi Kronis) pada ibu hamil, AGB (Anemia Gizi Besi) pada ibu hamil, BBLR (Bayi Berat Lahir Rendah), anak balita pendek (stunting), gizi kurang (underweight), dan gizi lebih (overweight) (2).
Kebayoran lama termasuk salah satu dari 10 Kecamatan di Jakarta Selatan (Kebayoran Lama, Clandak, Jagakarsa, Kebayoran Baru, Mampang Prapatan, Pancoran, Pasar Minggi , Pesanggrahan, Stiabudi dan Tebet). Luas wilayah 19,31 km2, terbagi dalam 6 Kelurahan yang terdiri dari 80 RW dan 860 RT . Menurut data statistik DKI Jakarta tahun 2018, jumlah penduduk di Kecamatan Kebayoran Lama adalah 322.806 jiwa terdiri dari 161.189 jiwa laki-laki dan 161.617 jiwa perempuan. Dari jumlah penduduk diatas, wilayah kecamatan Kebayoran Lama menempati posisi pertama engan kepadatan penduduk di wilayah Jakarta Selatan.
BBLR ialah bayi baru lahir yang berat badan lahirnya pada saat kelahiran kurang dari 2.500 gram sampai dengan 2.499 gram. Berdasarkan Riskesdas Indonesia tahun 2018 prevalensi BBLR (Bayi Berat Lahir Rendah) sebesar 6,2%. Sedangkan berdasarkan Riskesdas 2018 di DKI Jakarta persentase balita yang BBLR sebesar 6,1%. ,
Stunting (kerdil) adalah kondisi dimana balita memiliki panjang atau tinggi badan yang kurang jika dibandingkan dengan umur. Kondisi ini
diukur dengan panjang atau tinggi badan yang lebih dari minus dua standar deviasi median standar pertumbuhan anak dari WHO. Balita stunting termasuk masalah gizi kronik yang disebabkan oleh banyak faktor seperti kondisi sosial ekonomi, gizi ibu saat hamil, kesakitan pada bayi, dan kurangnya asupan gizi pada bayi. Balita stunting di masa yang akan datang akan mengalami kesulitan dalam mencapai perkembangan fisik dan kognitif yang optimal (3).
Berdasarkan Riskesdas Indonesia 2018 prevalensi anak balita pendek di Indonesia sebesar 19,3%. Sedangkan prevalensi anak balita pendek di DKI Jakarta pada tahun 2018 sebesar 17,6% terdiri dari 6,1% sangat pendek dan 11,5% pendek. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar Kementerian Kesehatan (3), persentase BBLR (Bayi Berat Lahir Rendah) sebesar 6,2%, anak balita pendek dan sangat pendek sebesar 30,8%, anak balita gizi kurang dan sangat kurang sebesar 17,4% dan anak balita gizi lebih sebesar 3,1%.
KEK adalah keadaan dimana seseorang mengalami kekurangan gizi (energi dan protein) yang berlangsung lama atau menahun. Dengan ditandai berat badan kurang dari 40 kg atau tampak kurus dan dengan LILA-nya kurang dari 23,5 cm. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2018, prevalensi KEK (Kurang Energi Kronis) pada ibu hamil umur 15-49 tahun di Indonesia sebesar 17,3%. Adapun berdasarkan Riskesdas 2018 DKI Jakarta, pada ibu hamil prevalensi risiko KEK 13,2% (3).
Anemia Gizi Besi adalah suatu keadaan dimana terjadi penurunan cadangan zat besi dalam hati sehingga jumlah hemoglobin darah menurun dibawah batas normal. Untuk mencegah Anemia Gizi Besi dilakukan dengan cara memberikan intervensi tablet Fe pada ibu hamil. Berdasarkan Riskesdas 2018 konsumsi zat besi di Indonesia sebesar 100%. Di antara yang mengonsumsi zat besi tersebut, terdapat 37,7% ibu hamil yang mengonsumsi minimal 90 tablet selama kehamilannya. Berdasarkan laporan profil kesehatan Kota Jakarta Selatan tahun 2018 prevalensi ibu hamil mendapat tablet tambah darah adalah 94,5% (3).
Asi Ekslusif atau lebih tepat pemberian ASI secara Ekslusif adalah bayi hanya diberikan air susu tanpa makanan tambahan lain dianjurkan sampai 6 bulan dan disusui sedini mungkin (Siswoyo, 2014). Pemberian ASI Ekslusif sampai bayi umur 6 bulan dapat melindungi bayi dari berbagai penyakit penyebab kematian bayi. Meskipun Menyusui dan ASI sangat bermanfaat diperkirakan 85 persen ibu-ibu didunia tidak memberikan secara optimal. Hal ini tampak bahwa pemberian ASI Ekslusif seperti yang direkomendasikan oleh WHO masih jarang dipraktikan oleh ibu-ibu diberbagai Negara, karena berbagai faktor, seperti social, budaya, ekonomi, dan politik (Widodo, 2011) (4).
Berdasarkan Hasil Pemantauan Status Gizi di Indonesia tahun 2017 diketahui cakupan ASI Ekslusif sebanyak 35,7 %. Cakupan tersebut masih jauh dari target ASI Ekslusif nasional yaitu sebanyak 80%. Bahkan berdasarkan data WBTI TAHUN 2012 tentang kondisi menyusui di 51 negara berdasarkan pengukuran yang telah ditetapkan, Indonesia urutan ke 49 dari 51 negara dengan angka menyusui sebesar 27,5% (IBFAN & BPN, 2012)(5). Salah satu penyebab tidak ASI Ekslusif adalah pekerjaan. Ibu yang bekerja diluar rumah memiliki waktu untuk menyusui bayinya, tidak memiliki tempat penitipan anak, fasilitas penyimpanan ASI di tempat kerja, dan kebijakan – kebijakan kelonggaran waktu ditempat kerja (6).
Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas, kami memfokuskan pada Kecamatan Kebayoran Lama, Kebayoran Lama Selatan yaitu pada RW 08 yang terdiri dari 8 RT sebagai tempat praktik kerja lapangan (PKL) mata kuliah Manajemen Intervensi Gizi (MIG) dengan sasaran utama yaitu Ibu hamil & ibu menyusui, Ibu balita, Lansia, Remaja, dan Anak SD. Dalam rangka penyelesaian masalah gizi, kegiatan ini tindak lanjut dari data yang telah didapatkan dari kader di RW 08. Pada kegiatan ini kami akan mengajak masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan melalui kegiatan penyuluhan, demonstrasi, dan memperaktikan pola hidup sehat kepada masyarakat di RW 08.
Berdasarkan Hasil Survei Pengumpulan Data Sekunder dari posyandu pada hasil penimbangan terakhir hasilnya yaitu pada penimbangan balita terjadi penurunan dari yang semula pada bulan Januari 70% menurun pada bulan Februari menjadi 67% . Sedangkan untuk lansia yaitu untuk penderita Hipertensi sebesar 15%. Untuk Ibu menyusui tingkat pemberian ASI Ekslusif sangat rendah, berdasarkan hasil wawancara, tingkat pemberian ASI Ekslusif di RW 08 sangat rendah yaitu hanya 20%.
Berdasarkan data yang diperoleh dari posyandu, masalah gizi yang ada di RW 08 Kelurahan Kebayoran Lama Selatan memiliki mata rantai yang sama dengan masalah kesehatan utama di Indonesia . Oleh karena itu, diperlukan tindakan khusus untuk dapat menanggulangi permasalahan yang ada. Manajemen intervensi Gizi Masyarakat (MIGM) merupakan tindak lanjut dari penanggulangan masalah gizi yang ada di RW 08 Kelurahan Kebayoran Lama Selatan. Intervensi gizi dibagi menjadi dua yaitu intervensi spesifik dan sensitif. Intervensi spesifik merupakan intervensi yang dilakukan dibidang kesehatan, sedangkan intervensi sensitif merupakan intervensi yang dilakukan dibidang non kesehatan (7) . Pada kegiatan MIGM di RW 08 Kelurahan Kebayoran Lama Selatan, intervensi yang dilakukan merupakan intervensi spesifik yaitu berupa kegiatan pemberian penyuluhan dan demontrasi yang diharapkan dapat mengatasi masalah gizi yang ada di RW 08 Kelurahan Kebayoran Lama Selatan. Kegiatan intervensi ini diharapkan dapat mengurangi masalah gizi yang ada di RW 08 Kelurahan Kebayoran Lama Selatan yang secara langsung membawa implikasi terhadap penurunan masalah gizi di Indonesia.
Tidak tersedia versi lain