Laporan-PKL
Laporan Pelaksanaan Keluarga Binaan Kasus Balita Stunting & Berat Badan Kurang RT 09 RW 02 Kelurahan Sususkan, Kecamatan Ciracas, jakarta Timur, DKI Jakarta Tanggal 16 Oktober-16 November 2020
Pertumbuhan dan perkembangan mengalami peningkatan yang pesat pada usia dini atau fase “Golden Age”. Fase “Golden Age” ini merupakan masa yang cepat dan mudah diukur, namun sangat rentan terjadi hambatan pertumbuhan ataupun perkembangan. Salah satu masalah gizi yang bisa mempengaruhi hingga dewasa, yaitu stunting. Stunting dimana merupakan gangguan pertumbuhan karena anak mengalami gizi kurang yang berkepanjangan yang menyebabkan tubuhnya pendek sehingga tidak sesuai dengana anak seumurannya.
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018, didapatkan prevalensi balita pendek di Indonesia yaitu 19,3% sedangkan sangat pendek sebesar 11,5%. Kemudian prevalensi balita pendek di DKI Jakarta yaitu 11,5% dan sangat pendek sebesar 6,1% (Kementerian Kesehatan RI, 2018). Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa masih banyak anak berusia dibawah 5 tahun yang mengalami stunting terutama di DKI Jakarta. Hasil dari penelitian yaitu tingkat pengetahuan ibu balita mengalami peningkatan sebelum dan sesudah dilakukannya penyuluhan dan konseling yaitu dari 50% menjadi 82,5%. Asupan makan Balita SN meningkat berdasarkan hasil analisis kuantitatif data food recall 24 jam sebelum dan sesudah intervensi, walaupun belum mencapai 80% yaitu energi 29% menjadi 72,3%, protein yang awalnya 23,8% menjadi 59%, lemak yang awalnya 32% menjadi 72,9%, dan karbohidrat yang awalnya 28,9% menjadi 74%. Terjadinya kenaikan berat badan balita sebesar 200 gr pada saat sesudah intervensi, namun berat badan balita SN masih kedalam kategori kurang (- 2,18 SD) dan kategori pendek (-2,86 SD). Dianjurkan kepada Ibu balita SN perlu berkunjung ke puskesmas terdekat untuk kebagian gizi dan juga mengkontrol keadaan penyakit yang pernah diderita balita SN agar status gizi balita SN segera diatasi yaitu dengan pemberian PMT Pemulihan, vitamin, dll dari pihak puskesmas. Ibu kader posyandu wilayah sekitar perlu memantau keadaan balita disekitarnya agar jika terjadi masalah gizi, maka ibu kader bisa langsung menindak lanjuti dengan melaporkan ke petugas gizi di puskesmas terdekat . Balita SN perlu makan dengan cara porsi kecil namun sering, dikarenakan balita SN memiliki kesulitan untuk makan. Dan Ibu balita SN perlu memanfaatkan bansos yang diterima tiap bulannya untuk diolah menjadi makanan sehat yang bervariasi untuk balita SN agar balita SN memiliki minat untuk makan.
Tidak tersedia versi lain