Peer Review
TURNITIN_KEPADATAN TULANG, AKTIVITAS FISIK DAN KONSUMSI MAKANAN BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN STUNTING PADA ANAK USIA 6 – 12 TAHUN
Studi ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara kepadatan tulang, aktivitas fisik, dan konsumsi makanan dengan kejadian stunting. Analisis menggunakan data anak usia 6.0 – 12.9 tahun (n=192) dari South East Asian Nutrition Survey (SEANUTS) tahun 2011.Kepadatan tulang diukur dengan metoda dual energy X-ray absorptiometry (DXA), yang dikategorikan menjadi rendah (≤ -2 SD) dan normal (> 2 SD). Aktivitas fisik dikumpulkan dengan menggunakan pedometer. Aktivitas fisik yang dikategorikan menjadi rendah (< 11,636 untuk laki-laki dan < 10,311 langkah untuk perempuan), sedang (11,636 – 15,891 langkah untuk laki-laki dan 10,311 – 14,070 langkah untuk perempuan) dan tinggi ( > 15,891 langkah untuk laki-laki dan > 14,070 langkah untuk perempuan). Konsumsi makanan dikumpulkan dengan cara 24 hours dietary recall. Konsumsi protein dikategorikan menjadi rendah (< 80% RDA) dan normal (≥ 80% RDA). Logistic regression analysis digunakan untuk melihat hubungan antara variabel dependen dan independen. Hasil studi menunjukkan anak dengan kepadatan tulang rendah berisiko untuk menjadi stunting 5,3 kali (OR = 5,325 ; CI= 1,075 – 26,387) dibandingkan dengan anak kepadatan tulang normal. Aktivitas fisik anak sedang (OR = 0,139 ; CI = 0,037 – 0,521) merupakan faktor protektif untuk kejadian stunting dibandingkan dengan aktivitas tinggi. Anak dengan konsumsi protein
Tidak tersedia versi lain