Skripsi
Hubungan Faktor Risiko Kejadian Tuberkulosis Paru Basil Tahan Asam (BTA) Positif Di Desa Kayu Agung Wilayah Kerja Puskesmas Sepatan Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang Tahun 2017
HUBUNGAN FAKTOR RISIKO KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU BASIL TAHAN ASAM (BTA) POSITIF DI DESA KAYU AGUNG WILAYAH KERJA PUSKESMAS SEPATAN KECAMATAN SEPATAN KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2017 / AJIE PRATAMA PUTRA, NPM P2.31.33.113.003 ,-- Jakarta,-- SKRIPSI Jurusan Kesehatan Lingkungan,-- 2017
Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular yang di sebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini menyebar melalui droplet orang yang telah terinfeksi basil tuberkulosis Menurut laporan WHO tahun 2015, pada tahun 2014 terdapat 9.6 juta kasus TB paru di dunia, Pada tahun 2012 lima provinsi dengan TB paru tertinggi adalah Jawa Barat (0.7%), Papua (0.6%), DKI Jakarta (0.6%), Gorontalo (0.6%), Banten (0,4%), dan Papua Barat (0,4%). (Kemenkes, 2013).
Penelitian ini berjudul ‘’Hubungan Faktor Risiko Kejadian TB Paru BTA Positif di Desa Kayu Agung Wilayah Kerja Puskesmas Sepatan Kabupaten Tangerang tahun 2017’’, bertujuan untuk mengetahui hubungan antara karakteristik individu, lingkungan fisik rumah, dan prilaku dengan kejadian TB Paru BTA Positif.
Penilitian ini merupakan studi analitik yang bersifat Case Control. Populasi penelitian ini adalah penderita TB Paru BTA Positif di Desa Kayu Agung. teknik pengambilan sampel menggunakan total sampling, penderita TB Paru BTA Positif berjumlah 11 orang digunakan sebagai sampel kasus sedangkan jumlah kontrol diambil 3 kali jumlah kasus sehingga sampel penelitian ini berjumlah 44 responden, data penelitian didapat dengan melakukan observasi dan pengukuran terhadap lingkungan fisik rumah responden Alat yang digunakan dalam penelitian adalah lux meter, hygrometer, Meteran.
Kesimpulan dari penelitian menyatakan bahwa Ventilasi, Kelembaban dan Membuang Dahak Sembarang merupakan Faktor Risiko Kejadian TB Paru BTA Positif..
Kepustakaan : 36 (1992-2017)
Klasifikasi : Buku : 20
Perundang – undangan : 4
Jurnal Penelitian : 9
Internet : 3
Kata kunci : EPIDEMIOLOGI - HUBUNGAN FAKTOR RISIKO KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU BASIL TAHAN ASAM (BTA) POSITIF....
Pengabstrak : APP
Ketersediaan
#
Kampus A
001.43 KL-D4-2017 Aji h
AK0000000000327
Tersedia namun tidak untuk dipinjamkan - For Reading
Informasi Detail
- Judul Seri
-
SKRIPSI
- No. Panggil
-
001.43 KL-D4-2017 Aji h
- Penerbit
-
Jakarta.A.KL. :
Jurusan Kesehatan Lingkungan.,
2017
- Deskripsi Fisik
-
-
- Bahasa
-
Indonesia
- ISBN/ISSN
-
-
- Klasifikasi
-
001.43
- Tipe Isi
-
-
- Tipe Media
-
-
- Tipe Pembawa
-
-
- Edisi
-
2017
- Subjek
-
- Info Detail Spesifik
-
-
- Pernyataan Tanggungjawab
-
-
Versi lain/terkait
Tidak tersedia versi lain
Lampiran Berkas
81
BAB 8
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan maka peneliti dapat mengambil kesimpulan dan saran mengenai faktor hubungan risiko kejadian TB Paru di wilayah tersebut, sebagai berikut :
8.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis yang dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Distribusi Jumlah kasus TB Paru BTA Positif sebanyak 11 responden dan kontrol sebanyak 33 responden sehingga didapatkan sampel sebanyak 44 responden.
2. Distribusi kasus dan kontrol berdasarkan karakteristik Individu (Umur, Jenis Kelamin, Pendidikan)
a. Proporsi responden berdasarkan variabel umur paling banyak dijumpai pada kelompok umur tidak produktif yakni pada kelompok kasus sebanyak 7 responden (63.6%),sedangkan pada kelompok kontrol sebanyak 21 responden (63.6%).
b. Proporsi responden berdasarkan variabel Jenis kelamin paling banyak dijumpai pada jenis kelamin laki-laki yakni pada kelompok kasus sebanyak 7 responden (63.6%), sedangkan pada kelompok kontrol sebanyak 21 responden (63.6%).
82
c. Proporsi responden berdasarkan variabel Pendidikan paling banyak dijumpai pada kelompok pendidikan rendah yakni pada kelompok kasus sebanyak 7 responden (90.9%), sedangkan pada kelompok kontrol sebanyak 21 responden (84.8%).
3. Distribusi kasus dan kontrol berdasarkan Lingkungan Fisik Rumah (Kepadatan hunian, Ventilasi, Suhu, Kelembaban dan Pencahayaan)
a. Proporsi rumah responden berdasarkan variabel kepadatan hunian paling banyak dijumpai pada variabel hunian tidak padat yakni pada kelompok kasus sebanyak 6 rumah responden (54.5%). sedangkan pada kelompok kontrol sebanyak 27 rumah responden (81.8%).
b. Proporsi rumah responden berdasarkan variabel Ventilasi rumah paling banyak dijumpai pada variabel ventilasi tidak memenuhi syarat yakni pada kelompok kasus sebanyak 11 rumah responden (100%). sedangkan pada kelompok kontrol sebanyak 23 rumah responden (69.7%).
c. Proporsi rumah responden berdasarkan variabel Suhu dalam rumah paling banyak dijumpai pada variabel suhu tidak memenuhi syarat yakni pada kelompok kasus sebanyak 10 rumah responden (90.9%). sedangkan pada kelompok kontrol sebanyak 23 rumah responden (69.7%).
d. Proporsi rumah responden berdasarkan variabel Kelembaban dalam rumah paling banyak dijumpai pada variable kelembaban memenuhi syarat yakni pada kelompok kasus sebanyak 6 rumah responden (54.5%). sedangkan pada kelompok kontrol sebanyak 30 rumah responden (90.9%).
83
e. Proporsi rumah responden berdasarkan variabel Pencahayaan alami dalam rumah paling banyak dijumpai pada variable pencahayaan tidak memenuhi syarat yakni pada kelompok kasus sebanyak 11 rumah responden (100%). sedangkan pada kelompok kontrol sebanyak 27 rumah responden (81.8%).
4. Distribusi kasus dan kontrol berdasarkan Perilaku (Merokok, Membuang dahak)
a. Proporsi responden berdasarkan variabel Perilaku merokok paling banyak dijumpai pada variable merokok yakni pada kelompok kasus sebanyak 10 responden (90.9%). sedangkan pada kelompok kontrol sebanyak 28 responden (84.8%).
b. Proporsi responden berdasarkan variabel Perilaku membuang dahak paling banyak dijumpai pada variable membuang dahak sembarang yakni pada kelompok kasus sebanyak 11 responden (100%). sedangkan pada kelompok kontrol sebanyak 23 responden (69.7%).
5. Hubungan karakteristik Individu Responden dengan kejadian TB Paru BTA Positif
a. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara umur, jenis
kelamin, dan pendidikan dengan kejadian TB Paru BTA Positif.
6. Hubungan Lingkungan Fisk Rumah Responden dengan kejadian TB Paru BTA Positif
84
a. Terdapat hubungan yang bermakna antara ventilasi rumah, kelembaban rumah responden dengan kejadian TB Paru BTA Positif .
b. Tidak Terdapat hubungan yang bermakna antara kepadatan, suhu, dan pencahayaan rumah responden dengan kejadian TB Paru BTA Positif .
7. Hubungan Perilaku Responden dengan kejadian TB Paru BTA Positif
a. Tidak Terdapat hubungan yang bermakna antara Perilaku merokok dengan kejadian TB Paru BTA Positif.
b. Terdapat hubungan yang bermakna antara Perilaku membuang dahak dengan kejadian TB Paru BTA Positif.
8.2 Saran
Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa yang mempengaruhi kejadian TB Paru BTA Positif adalah kepadatan hunian, ventilasi, kelembaban, dan Perilaku membuang dahak, untuk mengatasi permasalahan tersebut maka saran yang iajukan peneliti adalah sebagai berikut :
1. Bagi Puskesmas Sepatan
Puskesmas sebaiknya merencanakan kegiatan preventif yang berbasis lingkungan kepada masyarakat berupa kegiatan penyuluhan atau sosialiasi tentang bahaya TB Paru serta faktor risiko lingkungan fisik rumah serta melakukan penyebaran Poster ataupun leaflet sehingga masyarakat dapat memahami cara untuk mencegah penularan penyakit TB Paru, kegiatan tersebut dapat dilakukan pada saat kegiatan posyandu ataupun pada saat penderita sedang berobat di puskesmas.
85
2. Bagi Masyarakat
a. membuka jendela di pagi hari,
b. Membersihkan ventilasi dari debu yang menghambat sirkulasi udara.
c. Menggunakan ventilasi buatan (exhaust fan) jika tidak memungkinkan menggunakan ventilasi alami.
d. Mengganti beberapa bagian genteng menggunakan genteng kaca agar cahaya dapat masuk kedalam rumah.
e. Berhenti merokok.
f. Membuang dahak pada tempatnya seperti dikamar mandi atau tempat khusus yang dapat mengisolasi dahak yang dikeluarkan
Anda harus masuk sebelum memberikan komentar