Skripsi
Perbandingan Tingkat Keakurasian Konsentrasi Oksigen (FiO2) Dengan sistem oksigen sensor Galvanic dan Sistem oksigen Paramagnetic pada Ventilator
Ventilator merupakan peralatan penting pada unit perawatan intensif . Salah satu parameter penting pada ventilator adalah fraksi O2 yang dihirup pasien (FiO2). Pada ventilator terdapat sensor yang dapat mengetahui FiO2 yaitu Sensor O2. Dengan perkembangan teknologi, maka metode sistem baru sensor O2 dalam ventilator juga dapat dihasilkan yaitu dengan metode sensor O2 galvanik yang pada dasarnya adalah sel pembangkit listrik kecil yang membutuhkan O2 untuk mengaktifkan reaksi kimianya, sedangkan pada sensor paramagnetik menggunakan fakta bahwa O2 memiliki karakteristik paramagnetik yang kuat dari pada gas lainnya. Orientasi molekul O2 mengubah konduktivitas termal campuran gas. Perubahan konduktivitas termal digunakan untuk menentukan kadar O2. Perbedaan ini mendorong penulis untuk melakukan penelitian tingkat keakurasian dari kedua sensor tersebut. Hasil penelitian ini dihitung dengan mencari rata-rata, nilai koreksi terhadap setting, standar deviasi, nilai error dan nilai keakurasian dengan mengambil tiga ventilator pada setiap sensor dan mengambil tiga kali pengukuran pada setting FiO2 21%, 30%, 40%, 50%, 60%, 70%, 80%, 90%, 100%. Nilai keakurasian dari tiga ventilator menggunakan sensor galvanik setelah dirata-rata sebesar 99.00% pada galvanik satu, lalu galvanik dua sebesar 98.61%, dan galvanik tiga sebesar 99.06%, sedangkan nilai keakurasian dari tiga ventilator menggunakan sensor paramagnetik sebesar 99.20% pada paramagnetik satu, lalu paramagnetik dua sebesar 99.36%, dan paramagnetik tiga sebesar 99.44%. Kedua sensor tersebut masih sesuai dengan standar yaitu sebesar ±10%. Rata-rata dari tiga ventilator itu sebesar 98.89% pada sensor galvanik dan pada sensor paramagnetik sebesar 99.33% dan perbedaan tingkat keakurasian yaitu se
Tidak tersedia versi lain