Skripsi
Hubungan Kualitas Fisik Udara Dalam Ruang dan Faktor Individu dengan Keluhan Sick Building Syndrome Pegawai Kantor Direktorat Jenderal Sumber Daya Manusia Kesehatan – Kemenkes RI, Jakarta Selatan Tahun 2025
Sick Building Syndrome (SBS) merupakan kumpulan keluhan kesehatan akut yang tidak spesifik, seperti iritasi mata, gangguan pernapasan, dan kelelahan, yang berhubungan dengan kualitas lingkungan dalam gedung. Penelitian ini bertujuan menganalisis hubungan kualitas fisik udara dalam ruang (suhu, kelembapan, debu respirabel PM10 dan PM2.5) serta faktor individu (usia, jenis kelamin, kebiasaan merokok, riwayat alergi, dan masa kerja) terhadap keluhan SBS pada pegawai Kantor Ditjen SDM Kesehatan – Kemenkes RI, Jakarta Selatan tahun 2025. Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional dengan sampel sebanyak 83 responden. rnHasil analisis univariat menunjukkan bahwa 73,5% ruang kerja memiliki suhu di atas NAB, 89,2% memiliki konsentrasi PM2.5 di atas NAB, sedangkan kelembapan (75,9%) dan PM10 (100%) mayoritas sesuai standar. Karakteristik individu dengan mayoritas responden berusia di atas 39 tahun (51,8%), berjenis kelamin perempuan (56,6%), dengan status tidak merokok (80,7%), terlapor tidak memiliki riwayat alergi (56,6%), dan memiliki masa kerja lebih dari 5 tahun (63,9%). Analisis bivariat menunjukkan bahwa suhu (p=0,002) dan PM2.5 (p=0,039) berhubungan signifikan dengan keluhan SBS, sedangkan kelembapan tidak berhubungan (p=1,000) dan PM10 tidak dianalisis karena data homogen. Faktor individu tidak menunjukkan hubungan signifikan dengan SBS (p0,05). rnKesimpulan dalam penelitian ini adalah kualitas fisik udara dalam ruang menunjukkan bahwa parameter suhu dan PM2.5 memiliki hubungan bermakna dengan keluhan SBS. Sedangkan kelembaban tidak menunjukkan hubungan yang bermakna, dan PM10 tidak diuji. Sedangkan, faktor individu meliputi usia, jenis kelamin, kebiasaan merokok, riwayat alergi, dan masa kerja tidak menunjukkan hubungan yang bermakna dengan keluhan SBS. Saran dalam penelitian ini adalah pengendalian kualitas udara, khususnya suhu dan PM2.5, penting dilakukan melalui optimasi AC, peningkatan efisiensi filter udara, serta edukasi pegawai untuk mengurangi paparan polutan.
Tidak ada salinan data
Tidak tersedia versi lain