Laporan-PKL
Laporan Pelaksanaan Kegiatan Keluarga Binaan (KABIN) Kasus Baduta Berat Badan Kurang dan Stunting di RT 009 RW 04 Desa Tanjungsari, Kecamatan Cijeruk, Bogor, Jawa Barat
Menurut UNICEF (1998), penyebab masalah gizi secara langsung adalah asupan makanan dan penyakit infeksi. Baduta merupakan bayi yang berusia 6-23 bulan. Pada masa ini bayi rentan sekali mengalami permasalahan gizi dan terinfeksi penyakit. Kondisi yang kurang sehat akan menurunkan nafsu makan baduta dan menyebabkan asupan zat gizi tidak terpenuhi. Jika hal ini terjadi berkepanjangan, maka pertumbuhan dan perkembangan baduta tidak optimal. Inilah yang mengakibatkan masalah gizi, seperti berat badan kurang dan stunting. Berdasarkan Riskesdas 2018, prevalensi balita underweight (BB/U) sebesar 17,7% dan prevalensi baduta stunting (TB/U) sebesar 30,8%. Hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2022 menunjukkan angka underweight (BB/U) 7,1% dan stunting (TB/U) 21,6%.(2) Data masalah gizi di Provinsi Jawa Barat berdasarkan Riskesdas 2018 yaitu balita underweight (BB/U) 13,2% dan stunting (TB/U) 31,1%. Sedangkan, data SSGI 2022 di Jawa Barat menunjukkan prevalensi balita underweight (BB/U) meningkat menjadi 14,2% dan prevalensi balita stunting (TB/U) turun menjadi 22,2%. Hal ini menandakan bahwa masalah gizi masih menjadi persoalan yang perlu diatasi. Salah satu upaya yang dilakukan oleh mahasiswa untuk membantu mengatasi permasalahan tersebut adalah melaksanakan kegiatan Keluarga Binaan (KABIN). Kegiatan Keluarga Binaan (KABIN) merupakan salah satu kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL) di bidang Manajemen Intervensi Gizi Masyarakat (MIGM) di Desa Tanjungsari, Kecamatan Cijeruk, Bogor, Jawa Barat. KABIN dilaksanakan selama tujuh kali kunjungan langsung ke rumah responden yang anggota keluarganya memiliki masalah gizi. Kegiatan keluarga binaan ini berupa melakukan assessment dengan wawancara dan pengukuran antropometri, pemberian edukasi dan konseling terkait gizi dan kesehatan, serta monitoring. Kegiatan ini bertujuan untuk membantu keluarga mengenali dan mengatasi permasalahan gizi yang terjadi. Pada akhir masa pembinaan, diharapkan terjadi perubahan pola makan, tingkat pengetahuan, hingga perilaku terkait gizi dan kesehatan yang kedepannya diharapkan dapat menyelesaikan permasalahan gizi yang terjadi di dalam keluarga tersebut.
Tidak tersedia versi lain